Dapatkan Penawaran Menarik Untuk Jasa Anti Rayap disini

7/01/2011

solusi anti rayap bergaransi

Konsultasi dan Survey Gratis : Garansi 3 - 5 tahun

Bila anda menghubungi kami sekarang dapatkan discount 10 - 30 %
Hungi kami untuk mengetahui anggaran biaya pemberantasan hama di lingkungan anda konsultasi 24 jam di 021 - 9 3 6 6 8 6 9 0


Rayap merupakan salah satu jenis serangga dalam ordo Isoptera. Di Indonesia tercatat ada sekitar 200 jenis dan baru 179 jenis yang sudah teridentifikasi. Beberapa jenis rayap di Indonesia yang secara ekonomi sangat merugikan karena menjadi hama adalah tiga jenis rayap tanah/subteran (Coptotermes curvignathus Holmgren, Macrotermes gilvus Hagen, serta Schedorhinotermes javanicus Kemner) dan satu jenis rayap kayu kering (Cryptotermes Cynocephalus Light). Tiap tahun kerugian akibat serangan rayap di Indonesia tercatat sekitar Rp 224 miliar-Rp 238 miliar.

Sampai saat ini, dalam pengendalian serangan rayap skala lapangan, sebagian besar memakai bahan kimia yang sangat beracun dan tidak ramah lingkungan (non-biodegradable), seperti asam borak, CCB (Copper-Chrome-Boron), CCA (Copper-Chrome-Arsen), dan CCF (Copper-Chrome-Flour). Ini akan merusak lingkungan jika tidak diantisipasi karena bahan tersebut sukar dirombak oleh alam. Ada juga metode pengendalian secara biologi dalam skala laboratorium dengan nematoda (cacing), bakteri, dan jamur yang diumpankan ke rayap sehingga akan mengganggu sistem pencernaan rayap.

Serangan rayap juga bisa dikendalikan secara fisik dengan soil treatment, pemasangan perintang, dan pembuatan trench yang dilakukan sebelum maupun sesudah konstruksi.

BEBERAPA penelitian berusaha mencari bahan yang efektif mengendalikan serangan rayap sebagai pengganti bahan kimia yang selama ini umum digunakan, di antaranya adalah khitosan. Penelitian Suptijah et al tahun 1992 menyatakan khitosan mempunyai bentuk yang spesifik, mengandung gugus amin dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif, yang berlawanan dengan polisakarida lainnya.

Sifat-sifat khitosan diantaranya adalah struktur molekulnya tertentu, dalam keadaan cair sensitif terhadap kekuatan ion tinggi, dan daya repulsif antara fungsi amin menurun sesuai dengan fleksibilitas rantai khitosan. Penggabungannya dalam ruang distabilkan oleh ikatan hidrogen di dalam dan di luar rantai, menghasilkan suatu molekul resisten yang tahan terhadap stres mekanik dan kemampuan mengembangnya bertambah.

Khitosan berasal dari khitin yang telah mengalami proses penghilangan gugus asetil (deasetilisasi). Khitosan bersifat larut dalam suatu larutan asam organik, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya, seperti dimetil sulfida, dan juga tidak larut pada pH 6,5. Pelarut khitosan yang baik adalah asam asetat.

Pada saat ini khitosan memiliki spektrum penggunaan yang luas dalam industri dan kesehatan, seperti dalam pengolahan limbah cair, pelapis kapsul obat, pengawet makanan, pembungkus ikan dalam industri pengolahan ikan, dan sebagai bahan penstabil (bulking agent). Penggunaannya lebih luas ketimbang khitin.

Lewat beberapa percobaan yang dilakukan oleh El Grauth et al 1992 ternyata khitosan memiliki kemampuan bioaktif. Polikation alami dari khitosan dapat menghambat pertumbuhan patogen seperti Fusarium oxysporum dan Rhizoctania solani serta germinasi spora dan pertumbuhan kapang Bothria cineren.

Melihat beberapa sifat tersebut, khitosan dicoba untuk mengendalikan serangan rayap. Khitosan diaplikasikan ke kayu yang merupakan bahan yang sering diserang rayap melalui pelaburan, penyemprotan, maupun perendaman dengan berbagai tingkat konsentrasi.

Hasil penelitian membuktikan khitosan mampu meningkatkan derajat proteksi kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi khitosan. Ini terlihat dari makin meningkatnya tingkat mortalitas (kematian) rayap yang mengonsumsi kayu tersebut dibandingkan dengan kayu yang tidak diaplikasi khitosan. Jenis rayap yang dijadikan bahan penelitian adalah rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) yang merupakan jenis rayap di Indonesia yang paling banyak menyerang dan sangat merugikan.

Dalam skala lapangan diperkirakan, dengan aplikasi khitosan, seluruh koloni rayap akan dapat dibasmi karena rayap memiliki perilaku yang dapat mendukung keberhasilan metode ini, yaitu trofalaksis (saling menjilati mulut antar-rayap untuk memberikan cairan makanan). Dengan demikian, penyebaran khitosan akan lebih cepat karena khitosan akan ikut dalam cairan makanan tersebut. Karena bersifat non toxic, khitosan tidak langsung membunuh rayap, tetapi akan mengganggu kinerja protozoa dalam sistem pencernaan rayap yang akan membuat rayap tidak bisa memperoleh sumber makanan yang dihasilkan protozoa, sehingga secara perlahan akan mematikan rayap.

KHITOSAN dapat dihasilkan dari limbah cangkang udang yang banyak tersedia di Indonesia melalui beberapa proses, yaitu demineralisasi dan deproteinisasi cangkang udang serta deasetilisasi khitin menjadi khitosan.

Tercatat bahwa produksi udang Indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4 persen per tahun. Pada tahun 2001 produksinya mencapai 633.681 ton. Dengan asumsi laju peningkatan produksi tetap, pada tahun 2004 potensi udang diperkirakan sebesar 785.025 ton. Dari jumlah itu, 60-70 persen menjadi limbah (bagian kulit dan kepala). Melalui proses demineralisasi dan deproteinisasi dengan rendemen 20 persen akan dihasilkan khitin sebesar 157.005 ton. Dari proses deasetilisasi khitin rendemen 80 persen akan didapat khitosan sebesar 125.604 ton.

Melihat hasil yang ada dan dengan didukung besarnya potensi khitosan, dapat diperkirakan khitosan akan efektif sebagai alternatif bahan pengendalian seranga rayap. yang ramah lingkungan (biodegradable) dan murah karena bahan bakunya adalah dari limbah dan berasal dari sumber daya lokal (local content) menggantikan bahan kimia yang selama ini umum digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...